Tinta Rakyat Nusantara.Com, Mekkah – Di tengah semaraknya musim haji tahun ini, sebuah pertemuan hangat kembali terjadi di kota suci Mekkah. Wakil Gubernur Aceh, H. Fadhlullah, bersama sejumlah tokoh Aceh dan petugas haji Indonesia asal Serambi Mekkah, mendapat kehormatan dijamu makan malam oleh salah seorang Nazir Wakaf Habib Bugak Asyi, Dr. Abdul Latif Muhammad Balthu, di kediamannya di kawasan Aziziah, Mekkah, Minggu, (01/06/25) lalu.
Jamuan ini bukan sekadar seremoni. Ia telah menjadi tradisi tahunan yang penuh makna, sebagai bentuk penghargaan atas eratnya hubungan antara masyarakat Aceh dengan pengelola wakaf yang telah diwariskan oleh Habib Bugak dan pewakif lainnya sejak lebih dari 200 tahun lalu.
Dana wakaf yang rutin disalurkan untuk jamaah haji asal Aceh adalah bukti nyata kelestarian amal jariyah Habib Bugak beserta para pewakif lainnya yang berasal dari Aceh dan bermukim di Tanah Suci.
Rombongan tiba menjelang waktu salat Isya. Mereka disambut hangat oleh putra Syaikh Balthu yang telah menanti di depan pintu gerbang. Sembari menunggu kehadiran tuan rumah, para tamu dipersilakan menikmati kurma dan aneka manisan khas Timur Tengah. Suasana kehangatan terasa ketika beberapa anak dan cucu Syaikh Balthu turut serta menyuguhkan teh kepada para undangan.
Tak lama berselang, Dr. Abdul Latif Muhammad Balthu hadir. Dengan pakaian serba putih, ia menyambut para tamu dengan senyum hangat dan jabatan tangan yang erat.
“Bapak-bapak adalah tamu-tamu Allah, dan tamu istimewa di rumah ini, anggaplah ini rumah kedua Bapak-bapak” ujarnya, menegaskan betapa pentingnya silaturahmi dalam ajaran Islam.
Dalam suasana santai penuh keakraban, dialog pun mengalir. Wakil Gubernur Aceh menyampaikan salam dari Gubernur Aceh, bapak Muzakkir Manaf, serta akan mengundang secara resmi Syaikh Balthu untuk berkunjung ke Aceh. "Insya Allah, dalam waktu dekat surat resmi akan kami kirimkan," ujar Fadhlullah.
Syaikh Balthu menyambut baik undangan tersebut dan berbagi cerita tentang pengelolaan wakaf yang telah berlangsung sejak masa Habib Bugak. Ia menyampaikan bahwa wakaf Habib Bugak Asyi ini mulai berkembang sejak dibangunnya dua hotel yang yang berdekatan dengan Masjidil Haram yang sekarang bernama Hotel Grand Al Massa dan Prestige Hotel.
Keuntungan investasi hotel tersebut dibagi dua yaitu untuk investasi di bidang properti sebagai aset wakaf produktif dan kompensasi tempat tinggal bagi jamaah haji asal Aceh sebagaimana selama ini disalurkan. Ia menyebut bahwa pada tahun ini, dana wakaf sebesar 2.000 riyal berhasil diberikan kepada setiap jamaah haji asal Aceh.
“Mudah-mudahan tahun depan jumlahnya bertambah,” harapnya.
Staf ahli menteri Agama sekaligus mantan Inspektur Jenderal Kementerian Agama RI, Dr. H. Faisal Ali Hasyim, yang turut hadir, menilai pengelolaan wakaf ini dapat menjadi contoh bagi pengelola wakaf di Aceh.
Syaikh Balthu menyatakan bersedia menjadi narasumber untuk berbagi pengalaman jika diundang oleh Pemerintah Aceh, bahkan menyarankan Dr. Abdurrahman Asyi sebagai narasumber kedua dalam seminar yang direncanakan berlangsung di Aceh insya Allah.
Di samping itu beliau akan mengajak beberapa pakar bidang wakaf dari kalangan akademisi dari beberapa universitas terkemuka di Arab Saudi.
Pertemuan itu tidak hanya membahas hal-hal serius. Di sela perbincangan, Syaikh Balthu memberikan hadiah berupa siwak kepada Wakil Gubernur Aceh.
“Bersiwak adalah sunnah muakkad. Rasulullah SAW menjelang wafat pun masih bersiwak,” ujarnya sambil menunjukkan cara menyimpan siwak agar awet.
Kebersamaan malam itu ditutup dengan hidangan khas Timur Tengah, Nasi Mandi, serta teh hangat dan bingkisan untuk seluruh tamu. Turut hadir dalam rombongan tersebut tokoh ulama Aceh di antaranya Abu Paya Pasi, dan sejumlah petugas haji sekaligus tim pembantu Wakaf Habib Bugak Asyi tahun 2025 seperti Jamaluddin Affan (Syeh Jamal) sebagai koordinator dan penghubung Pemerintah Aceh, Saifullah M. Yunus sebagai penerjemah, Syarifuddin Ali, Irwan Saputra, Syukri Yusuf, Frenky Suseno Manik, Marhaban, Teuku Zulkarnain Luthan dan Muhammad Iqbal.
Wagub Aceh Fadhlullah berharap agar pertemuan ini bukanlah pertemuan pertama dan terakhir antara para Nazhir Wakaf dengan pemerintah Aceh. Pertemuan ini tidak hanya memperkuat hubungan antar pribadi, tetapi juga mempererat hubungan dengan pemerintah Aceh sejak dulu sampai sekarang.
(Zainal Abidin/Editor:Red).
Komentar0