GpWlTUM5GUziTUW8BSW9GfriGd==

Tokoh Reformis Iran, Pezeshkian, Menangkan Pilpres


Tinta Rakyat Nusantara.Com, IRAN - Kementerian Dalam Negeri Iran mengumumkan pada Sabtu (6/7) bahwa kandidat reformis Iran, Masoud Pezeshkian, berhasil memenangkan putaran kedua pemilihan presiden, mengalahkan tokoh ultrakonservatif Saeed Jalili.
Juru bicara badan penyelenggara pemilu, Mohsen Eslami, mengatakan bahwa Pezeshkian berhasil mengantongi lebih dari 16 juta suara, sementara Jalili memperoleh lebih dari 13 juta suara dari sekitar 30 juta suara yang masuk. Eslami juga menambahkan bahwa tingkat partisipasi pemilih mencapai 49,8 persen.
Jumlah surat suara yang rusak dilaporkan mencapai lebih dari 600.000.
Pezeshkian mengucapkan terima kasih kepada para pendukungnya yang datang untuk memilih "dengan cinta dan memberikan bantuan" kepada negara.
“Kami akan mengulurkan tangan persahabatan kepada semua orang; kita semua adalah rakyat negara ini; Kita harus bersatu untuk kemajuan negara ini,” katanya di televisi pemerintah.
Pemilu tersebut dilakukan lebih awal setelah kematian presiden ultrakonservatif Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter. Putaran pemilu pertama yang berlangsung pada pekan lalu ditandai dengan tingkat partisipasi pemilih yang mencapai titik terendah.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bahkan mengusulkan masyarakat untuk berperan aktif dalam pemilihan putaran kedua. Ia menegaskan pentingnya proses pemilu tersebut.
Khamenei mengatakan jumlah pemilih pada putaran pertama lebih rendah dari yang diharapkan. Namun menambahkan bahwa hal itu bukanlah tindakan yang “melawan sistem”.
Pada putaran pertama pemilihan minggu lalu, Pezeshkian, satu-satunya kandidat reformis yang diizinkan mencalonkan diri, memenangkan suara terbanyak sekitar 42 persen, sedangkan Jalili menempati urutan kedua dengan perolehan suara sekitar 39 persen, menurut data dari otoritas pemilihan Iran.
Pencalonan Pezeshkian, yang hingga saat ini belum banyak diketahui, telah meningkatkan harapan kaum reformis di Iran setelah bertahun-tahun didominasi oleh kelompok konservatif dan ultrakonservatif.
Kelompok reformis utama di Iran memberikan dukungan penuh kepada Pezeshkian. Dukungan juga datang dari mantan presiden Mohammad Khatami dan Hassan Rouhani, seorang tokoh moderat yang terkenal.
Pezeshkian, seorang ahli bedah jantung berusia 69 tahun, mendorong "hubungan konstruktif" dengan negara-negara Barat untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir dan mengakhiri isolasi Iran.
Jalili, 58 tahun, adalah mantan perunding nuklir Iran yang dikenal karena sikapnya yang sangat anti-Barat dan tidak mengenal kompromi.
Sebelum pemilihan putaran kedua pada hari Jumat, Pezeshkian dan Jalili mengikuti dua sesi debat yang disiarkan oleh televisi nasional. Mereka membahas rendahnya partisipasi pemilih, masalah ekonomi Iran, hubungan internasional, dan pembatasan internet.
Pezeshkian berjanji untuk mengurangi pembatasan internet yang sudah berlangsung lama. Ia juga menentang tegas patroli polisi yang memaksa perempuan mengenakan jilbab, sebuah isu yang menjadi perhatian sejak kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi pada tahun 2022.
Mahsa Amini, warga Kurdi Iran berusia 22 tahun, ditahan karena diduga melanggar aturan berpakaian. Kematiannya memicu kerusuhan nasional yang berlangsung selama berbulan-bulan. (TRN/Editor:Red)

Komentar0

Type above and press Enter to search.